BIOBRIKET
ECENG GONDOK (Eichhornia
crassipes)
SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF BERBASIS
MASYARAKAT YANG RAMAH LINGKUNGAN
PENYUSUN :
ANTON PRIYADI
NIM : 2119110113
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat
Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya serta shalawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena bimbingan dan
jalan kemudahan dariNya karya ilmiah dengan berjudul “Biobriket Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes) Sebagai Bahan Bakar Alternatif Berbasis Masyarakat yang Ramah
Lingkungan” dapat
terselesaikan.
Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Biologi. Selain itu karya ilmiah ini yang mengangkat ide pembuatan
biobriket dari eceng gondok merupakan tawaran solusi atas pendayagunaan salah
satu sumber bahan bakar alternatif dari biomassa (bahan-bahan organik). Hal ini
mengingat semakin berkurangnya ketersediaan energi yang berasal dari minyak
ataupun gas bumi.
Terselesaikannya karya ilmiah ini juga atas bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Bapak
H.Hendriawan, Drs,MM. selaku Dosen mata kuliah Biologi Umum.
2. Berbagai
pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu terimakasih atas bantuannya.
Semoga bantuan dari Bapak/ Ibu dan Sdr/ Sdri menjadi
suatu ladang amal dan diberikan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
“Tiada gading yang tak retak” sebagaimana karya
ilmiah ini yang masih belum sempurna. Namun demikian penyusun hanya bisa
berusaha untuk memberikan yang terbaik. Semoga dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.
Hormat
kami,
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul
Kata
Pengantar................................................................................................................ i
Daftar
Isi.......................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 3
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 3
E. Definisi Operasional ................................................................................................... 4
F.
Kerangka Berpikir....................................................................................................... 4
BAB II.
PEMBAHASAN
A. Dekripsi Tanaman Eceng Gondok.............................................................................. 5
B.
Bio Briket.................................................................................................................... 8
C.
Cara Pembuatan Biobriket Tanaman Eceng Gondok................................................. 10
BAB
III. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 13
B. Saran .......................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Saat ini manusia telah memasuki era
globalisasi. Di era golabalisasi ini energi memiliki peran yang sangat
signifikan bagi kehidupan manusia. Hal ini dapat diapresiasi pada saat kita
menyadari bahwa energi terlibat dalam semua aktivitas di bumi. Apabila kita
mengkonsumsi energi bebas di sekitar berarti akan mengurangi jumlah energi
bebas yang tersedia untuk masa depan. Kehidupan modern saat ini menimbulkan
konsumsi energi secara besar-besaran oleh manusia untuk berbagai kepentingan.
Energi adalah suatu kapasitas untuk
melakukan kerja. Kapasitas ini tersedia dalam berbagai bentuk dan sumber.
Minyak dan gas bumi, batubara, nuklir, air ataupun angin hanyalah sedikit dari
berbagai sumber energi yang kita kenal dan manfaatkan. Indonesia
dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan
Amerika Serikat, berada pada posisi ke 20 pada tingkat konsumsi energi dunia
dengan total konsumsi sebesar 1,1% dari total energi dunia. Perbandingan
sumber-sumber energi dari sepuluh konsumen energi terbesar dunia tersebut bisa
dilihat pada Tabel 1 dengan tambahan data konsumsi energi Indonesia.
Tabel 1:
Komposisi sumber energi dari 10 negara konsumen energi terbesar dunia, ditambah
dengan Indonesia
sebagai perbandingan (dalam juta ton)*.
Sumber: BP
Statistical Review of World Energy, 2005
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
cadangan batubara yang besar, yaitu sekitar 8,8 milyar ton dimana 70 persen
merupakan batubara muda dan 30 persen sisanya adalah batubara kualitas tinggi
dan diperkirakan akan habis dalam 150 tahun kedepan. Perlu diketahui cadangan
minyak dan gas bumi Indonesia
makin menipis dan diperkirakan dalam beberapa dasa warsa mendatang habis. Hal ini hendaknya disadari
oleh segenap lapisan masyarakat sehingga penggunaan bahan bakar unrenewable untuk
kepentingan bangsa dapat terus dipantau dan diperhatikan bersama-sama (Imam
Budi Raharjo, 2006).
Menurut Agusman Effendi, seorang anggota Dewan Energi Nasional (DEN), bahwa
saat ini Indonesia
telah mengalami defisit energi. Konsumsi nasional bahan bakar minyak (BBM)
mencapai 1,4 juta barel per hari (bph). Sebesar 35% dihabiskan untuk
menggerakkan transportasi. Sisanya untuk menciptakan energi listrik dan memutar
roda industri di pabrik-pabrik. Industri lain yang juga butuh energi adalah
industri kelistrikan, baja, kimia, dan petrokimia serta rumah tangga.
Pada saat ini, ketersediaan energi listrik mencapai
30 gigawatt (GW). Pada 2025, kebutuhan listrik diprediksi mencapai 150 GW.
Namun, pada 2050 dengan penduduk sekitar 345 juta jiwa kebutuhan listrik
nasional diramalkan menembus angka 450 GW sebagaimana di negara maju. Bisa
dibayangkan sulitnya mencari sumber energi primer untuk pembangkit listrik.
Guna mencukupi listrik 10 tahun ke depan yakni 120 GW jika tetap mengandalkan
energi primer dari bahan fosil seperti minyak, gas bumi, dan batu bara bakal
gagal. Kedepan cadangan energi fosil makin menipis, ongkos eksploitasi tinggi,
dan dihadang pengurangan emisi CO2. (G.A. Guritno, 2010).
Kebutuhan rata-rata energi listrik di Jawa Tengah
(Jateng) hingga 2013 diperkirakan mengalami peningkatan sekitar 8,7 persen
setiap tahun. Tahun ini kebutuhan listrik di Jateng mencapai sekitar 14.000
gigawatt per hour (GwH). Berbagai langkah disiapkan untuk mengupayakan
pencapaian target, khususnya melalui kebijakan rencana umum kelistrikan daerah.
Di sisi penyediaan energi, diupayakan peningkatan produksi melalui optimalisasi
pembangkit yang ada termasuk mendorong pendayagunaan sumber energi alternatif
yang ramah lingkungan. (Suara Karya, 15 Juli 2010).
Selain itu, ketersediaan
minyak bumi yang semakin berkurang mendorong pemerintah mengalakkan program
konversi minyak bumi ke gas LPG. Adanya konversi ini sangat menguntungkan warga
karena harga LPG yang lebih murah jika dibandingkan dengan minyak tanah. Namun
LPG juga merupakan energi yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan semakin lama akan semakin habis. Oleh karena itu pendayagunaan
energi alternatif sangat dibutuhkan. Terlebih akhir-akhir ini sering terjadi
ledakan tabung gas LPG, membuat kekhawatiran pada sebagian warga. Hal ini
membuat banyak warga di berbagai daerah beralih ke kayu bakar untuk memasak.
Sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable
energy) di Indonesia relatif lebih banyak, satu diantaranya adalah biomassa
ataupun bahan-bahan limbah organik. Biomassa ataupun bahan-bahan limbah organik
ini dapat diolah dan dijadikan sebagai bahan bakar alternatif.
Salah satu contohnya adalah eceng gondok (Eichhornia crassipes).
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah eceng gondok (Eichhornia
crassipes) dapat dimanfaatkan pada pembuatan biobriket?
2.
Bagaimana cara pembuatan biobriket dari
eceng gondok (Eichhornia crassipes)?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui apakah eceng gondok (Eichhornia
crassipes) dapat dimanfaatkan pada pembuatan biobriket sebagai bahan bakar
alternatif.
2.
Untuk mengetahui cara pembuatan
biobriket dari eceng gondok (Eichhornia crassipes).
D.
Manfaat
Penulisan
1.
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Memberikan
pengetahuan tentang cara memanfaatkan tanaman eceng gondok sebagai salah satu
sumber energi alternatif yaitu berupa biobriket.
2.
Bagi masyarakat
Memberikan
informasi kepada masyarakat luas tentang cara memanfaatkan tanaman eceng gondok
untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat dipergunakan sebagai salah satu
sumber energi alternatif.
E.
Definisi
Operasional
1.
Biobriket yang dimaksud dalam penulisan
karya ilmiah ini adalah bahan bakar
padat yang berasal dari biomassa atau bahan-bahan organik khususnya
tumbuh-tumbuhan.
2.
Energi alternatif yang dimaksud dalam
penulisan karya ilmiah ini adalah energi
pengganti khususnya berupa bahan bakar untuk memasak guna kepentingan
penghematan energi serta pendayagunaan energi yang ramah lingkungan
F.
Kerangka Berpikir
Energi merupakan suatu hal yang
sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, khususnya manusia. Energi
tersebut dapat berasal dari SDA yang dapat diperbaharui ataupun dari SDA yang tidak
dapat diperbaharui. Sekarang ini energi yang berasal SDA yang tidak dapat
diperbaharui sudah sangat minim keberadaannya. Seperti halnya bahan bakar minyak
yang sekarang ini sudah sangat langka. Padahal, bahan bakar tersebut sangat
dibutuhkan oleh manusia, contohnya adalah bensin, solar, minyak tanah, gas LPG,
dll.
Seiring berjalannya waktu, jumlah
manusia di muka bumi ini terus meningkat, padahal jumlah energi yang disediakan
alam semakin berkurang. Oleh karena jumlah manusia semakin bertambah, kebutuhan
energipun akan bertambah. Salah satu cara yang harus dilakukan manusia untuk
mengantisipasi kekurangan energi adalah dengan “menghemat energi.” Bicara
tentang “penghematan energi,” adalah satu cara yang dapat di tempuh yaitu
dengan energi elternatif.
Energi alternatif yang bagus adalah
yang hasil sampingannya tidak merusak keseimbangan lingkungan. Energi yang
dimaksud adalah dalam bentuk biobriket. Agar hasil sampingan biobriket yang
berupa asap tidak merusak keseimbangan lingkungan, maka biobriket tersebut
sebaiknya terbuat dari biomassa. Biomassa adalah bahan-bahan organik yang berasal dari alam,yang salah
satunya adalah eceng gondok.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Tanaman Eceng Gondok
a. Taksonomi tanaman Eceng
Gondok
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia
Nama
binomial:
Gambar 1. Tanaman Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes)
b.
Struktur
morfologi tanaman Eceng Gondok
Eceng gondok merupakan
herba yang mengapung, kadang-kadang berarak dalam tanah, menghasilkan tunas
merayap yang keluar dari ketiak daun yang dapat tumbuh lagi menjadi tumbuhan
baru dengan tinggi 0,4-0,8 m, tumbuhan ini memiliki bentuk fisik berupa
daun-daun yang tersusun dalam bentuk radikal (roset). Setiap tangkai pada
helaian daun yang dewasa memiliki ukuran pendek dan berkerut. Helaian daun
(lamina) berbentuk bulat telur lebar dengan tulang daun yang melengkung rapat
panjang 7-25 cm, gundul dan warna daun hijau licin mengkilat (Moenandir,
1990). Lebih lanjut Masan (1981) menerangkan, bahwa kerangka
bunga berbentuk bulir, bertangkai panjang,berbunga 10-35, tangkai dengan dua
daun pelindung yang duduknya sangat dekat, yang terbawa dengan helaian kecil
dan pelepah yang berbentuk tabung dan bagian atas juga berbentuk tabung.
Poros bulir sangat bersegi, tabung tenda bunga
1,5-2 cm panjangnya dengan pangkal hijau dan ujung pucat. Taju sebanyak 6
masing-masing tidak sama ukurannya, lila panjang 2-3 cm, taju belakang yang terbesar
dengan noda ditengah-tengah berwarna kuning cerah. Benang sari 6,bengkok, tiga
dari benang sari tersebut lebih besar dari yang lain. Bakal buah beruang tiga
dan berisi banyak. Tangkai daun pada Eceng gondok bersifat mendangkalkan dan
membangun spon yang membuat tumbuhan ini mengambang.
Eceng gondok berkembang
biak dengan stolon (vegetatif) dan juga secara generatif. Perkembangbiakan
secara vegetatif mempunyai peranan penting dalam pembentukan koloni.
Perkembangbiakan tergantung dari kadar O2 yang terlarut dalam air. Moenandir
(1990) menyebutkan, bahwa pada konsentrasi 3,5-4,8 ppm perkembangbiakan
Eceng gondok dapat berjalan dengan cepat.
c. Kondisi lingkungan yang dibutuhkan
tanaman Eceng Gondok
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah
basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan
sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ekstrim dari ketinggian
air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan
racun-racun dalam air. Tanaman eceng gondok hidup pada ketinggian tempat
berkisar antara 0-1600 m di atas permukaan laut yang beriklim tropis dan sub
tropis, kecuali pada daerah yang beriklim dingin.Pertumbuhan
eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien
yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen,
fosfat
dan potasium
(Laporan FAO).
Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi
pada danau-danau di daerah pantai Afrika
Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim
hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim
kemarau.
d. Kerugian tanaman
Eceng Gondok
Akibat-akibat negatif yang
ditimbulkan eceng gondok antara lain:
1. Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air
melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta
pertumbuhannya yang cepat.
2. Menurunnya jumlah cahaya yang masuk
kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
3. Tumbuhan eceng gondok yang sudah
mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses
pendangkalan.
4. Mengganggu lalu lintas (transportasi)
air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai
seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
5. Meningkatnya habitat bagi vektor
penyakit pada manusia.
6. Menurunkan nilai estetika lingkungan
perairan.
e. Kegunaan tanaman
Eceng Gondok
Eceng gondok memiliki karakter yang sangat unik untuk dikaji, hal ini
merupakan suatu anugerah Tuhan dengan kata lain “Tidaklah aku ciptakan
sesuatu yang tanpa berguna, kecuali hanya sedikit pengetahuan yang dimiliki
oleh manusia”. Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan,
tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian
penelitian seputar kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain
oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok
mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing
sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng
gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering
apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis
dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok
secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm
turun hingga 51,85 persen. Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok
dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida. Dari
segi teknologi bahwa Eceng gondok memiliki kadar serat yang tinggi. Serat
tersebut dapat dimanfaatkan secara komersiil baik secara tradisional sampai
industri yang mutakhir.
Selain itu ada beberapa manfaat lain dari tanaman eceng gondok yaitu :
1. Bahan Baku Pulp dan Kertas
2. Bahan Baku
Pupuk Organik
3. Sumber Pakan Ternak dan Ikan
4. Bahan Baku
Kerajinan Tangan
f. Komposisi
kimia tanaman Eceng Gondok
Dari hasil
penelitian yang di lakukan oleh Winarno (1993), menyebutkan bahwa hasil analisa
kimia dari Eceng gondok dalam keadaan segar diperoleh bahan organik 36,59%, C
organik 21,23%, N total 0,28%, P total 0,0011% dan K total 0,016%. Lebih lanjut
Joejodibroto (1983) mengemukakan hasil analisa komponen kimia Eceng
gondok yang tidak digiling ternyata mengandungkadar abu 12% dan setelah
digiling menjadi 0,65%. Selanjutnya zat ekstraktif juga mengalami penurunan
setelah digiling.
B.
Biobriket
a. Pengertian
Biobriket atau briket biomassa atau
disebut pula briket bioarang adalah bahan bakar padat yang dapat
digunakan sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Menurut Basriyanta biomassa limbah
industri, hutan, perkebunan, pertanian, dan sampah merupakan semua bahan baku biobriket, sebagai
sumber energi alternatif terbesar. Potensi energi biomassa mencapai 885-juta
gigajoule per tahun. Sampah organik salah satu sumber biomassa potensial dalam
bentuk padat atau biobriket, gas (biogas), dan bentuk cair (bioliquid) sebagai
bahan bakar organik ramah lingkungan.
Dalam jangka panjang, penggunaan
biobriket yang ramah lingkungan menjadi pengganti bahan bakar minyak bumi. Berikut
ini tabel nilai kalori yang dikandung oleh beberapa jenis bahan bakar:
Tabel 2.
Nilai kalori bahan bakar di Indonesia
NO
|
BAHAN BAKAR
|
NILAI KALORI (kal/gr)
|
1
|
Minyak bumi
mentah
|
10.081,22
|
2
|
Bahan bakar
minyak
|
10.224,56
|
3
|
Gas alam
|
9.755, 89
|
4
|
Biobriket
|
7.047,30
|
5
|
Batubara
|
6.999,52
|
6
|
Batubara muda
|
1.877,24
|
7
|
Kayu kering
|
4.491,16
|
(Media Indonesia,
2010)
Beberapa
tipe/ bentuk briket yang umum dikenal antara lain: bantal (oval), sarang tawon (honey
comb), silinder (cylinder), telur
(egg) dan lain-lain. Secara umum
beberapa spesifikasi briket yang dibutuhkan oleh konsumen adalah sebagai
berikut:
1) Daya
tahan briket
2) Ukuran
dan bentuk yang sesuai untuk penggunaannya
3) Bersih,
tidak berasap terutama untuk sektor rumah tangga.
4) Bebas
gas-gas berbahaya
5) Sifat
pembakaran yang sesuai dengan kebutuhan (kemudian dibakar, efisiensi energi,
pembakaran yang stabil).
b. Teknologi pembriketan
Proses
pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami perlakuan penggerusan,
pencampuran bahan baku,
pencetakan dan pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket
yang mempunyai bentuk, ukuran fisik, dan sifat kimia tertentu. Tujuan dari
pembriketan adalah untuk meningkatkan kualitas bahan sebagai bahan bakar,
mempermudah penanganan dan transportasi serta mengurangi kehilangan bahan dalam
bentuk debu pada proses pengangkutan.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi pembriketan antara lain:
1) Ukuran
dan distribusi partikel.
2) Kekerasan
bahan.
3) Sifat
elastisitas dan plastisitas bahan. (Hasjim, 1991).
Adapun
faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket antara lain:
1) Bahan
baku
Briket dapat dibuat dari
bermacam-macam bahan baku,
seperti ampas tebu, sekam padi, serbuk gergaji, limbah ampas aren dll. Bahan utama yang harus terdapat di dalam
bahan baku
adalah selulosa. Semakin tinggi kandungan selulosa semakin bagus kualitas
briketnya.
2) Bahan
pengikat
Untuk merekatkan partikel-partikel
zat dalam bahan baku
pada proses pembuatan briket maka diperlukan zat pengikat sehingga dihasilkan
briket yang kompak.
Secara
umum proses pembuatan briket melalui tahap penggerusan, pencampuran,
pencetakan, pengeringan, dan pengepakan.
1) Penggerusan
adalah menggerus bahan baku
briket untuk mendapatkan ukuran butir tertentu.
2) Pencampuran
adalah mencampur bahan baku
briket pada komposisi tertentu untuk mendapatkan adonan yang homogen.
3) Pencetakan
adalah mencetak adonan untuk mendapatkan bentuk tertentu yang sesuai dengan
keinginan.
4) Pengeringan
adalah proses mengeringkan briket dengan menggunakan udara/ panas pada
tenperatur tertentu untuk menurunkan kandungan air briket.
5) Pengepakkan
adalah pengemasan produk sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang
telah ditentukan.
Beberapa
parameter kualitas briket yang akan mempengaruhi pemanfaatannya antara lain:
kandungan air, kandungan abu, kandungan zat terbang, dan nilai kalor.
c. Standar kualitas briket bioarang
Saat
ini belum ada suatu standar kulaitas briket bioarang. Namun, persyaratan briket
arang kayu menurut Sudrajat (1982) adalah:
Fixed Carbon > 60 %
Kadar abu < 8 %
Nilai kalor > 6000
cal/ gr
Kerapatan > 0,7
gr/ cm3
d. Manfaat biobriket
Dengan penggunaan briket arang
sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil
utama dari hutan. Selain itu penggunaan briket arang dapat menghemat
pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan
memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang maka akan
meningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran
udara, karena selama ini limbah ampas batang aren yang ada hanya dibakar begitu
saja. Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila
pembuatan briket arang ini dikelola dengan baik untuk selanjutnya briket arang
dijual.
C.
Cara pembuatan biobriket tanaman
eceng gondok
Dari
fakta dan data yang ada menunjukkan bahwa pemakaian bahan bakar fosil saat ini
semakin meningkat, jumlah cadangan semakin menipis, harga yang tidak stabil
(cenderung terus meningkat) dan isu-isu bahwa bahan bakar fosil menyebabkan
pemanasan global serta penyebab terjadinya kerusakan lingkungan sudah mulai
terbukti. Upaya untuk mengeliminasi kemungkinan terburuk dampak pemakaian bahan
bakar fosil yaitu dengan pengembangan sumber energi terbarukan menjadi salah
satu alternatif pengganti bahan bakar fosil.
Kekayaan
alam Indonesia
menjadi pertimbangan utama konversi energi minyak dan gas ke biomassa. Biomassa
merupakan bahan alami yang biasanya dianggap sebagai sampah dan sering
dimusnahkan dengan cara dibakar. Perlu diketahui bahwa Indonesia
merupakan negara agraris terbesar yang akan mampu memasok sumber bahan baku biomassa, baik dari
budidaya hayati maupun limbah pertanian, peternakan, dan perkebunan. Sumber
energi biomassa mempunyai keuntungan antara lain :
1. Sumber
energi ini dapat dimanfaatkan secara terus-menerus karena sifatnya yang renewable
resources.
2. Sumber
energi ini relatif tidak mengandung unsur sulfur, sehingga tidak menyebabkan
polusi udara sebagaimana yang terjadi pada bahan bakar fosil.
3. Pemanfaatan
energi biomassa juga meningkatkan efisiensi pemanfaatan limbah pertanian,
peternakan, dan perkebunan.
Oleh
karena itu berbagai bahan organik saat ini dicoba untuk digunakan sebagai
penghasil energi alternatif, misalnya sebagai bahan bakar (biobriket). Terlebih
limbah yang dihasilkan oleh suatu aktivitas/ usaha produksi manusia akan lebih
baik jika kita manfaatkan sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar. Berbagai
limbah yang telah diteliti dapat menghasilkan energi atau sebagai bahan bakar
alternatif antara lain: jerami, ampas tebu, sekam, limbah ampas batang aren,
serbuk gergaji dll.
Adapun
proses pembuatan biobriket dari tanaman eceng gondok adalah sebagai berikut:
1.
Pertama, eceng gondok diiris-iris lalu digiling dengan
mesin penggiling sederhana. Air perasannya dipisahkan dan bisa dimanfaatkan
untuk pupuk. Sementara ini eceng gondok dimanfaatkan untuk pupuk tanaman hias,
bukan untuk sayuran, karena khawatir ada B3 Irisan eceng gondok dicampur dengan
tanah liat, kapur, dan serbuk gergaji.
2.
Setelah itu, campuran tadi dimasukkan ke dalam silinder
pencetak yang berdiameter 15 sentimeter. Setelah dijemur tiga hari, briket
eceng gondok pun bisa langsung digunakan. Dengan ditambah sedikit minyak tanah,
briket akan segera membara dan siap untuk memasak.
Briket bisa juga dibakar sehingga menjadi bio arang. Dengan kandungan
karbon yang lebih tinggi dan kadar air yang terkurangi, mutu bio arang ini
lebih baik dibanding briketnya. Selain ramah lingkungan, briket dan bio arang
ini lebih harum dan sedikit asapnya.
Sayangnya, waktu menyalanya relatif singkat sekitar 10
menit saja untuk 3-4 briket ataupun bio arang. Namun limbah hasil pembakaran
briket atau bio arang masih bisa dimanfaatkan untuk abu gosok atau pembuatan
telur asin, sehingga tak ada yang terbuang.
Menurut
data nilai kalori yang terkandung pada berbagai bahan bakar bahwa biobriket
memiliki nilai kalor cukup tinggai yaitu rata-rata 7.047,30 kal/gram. Nilai
kalor biobriket tersebut menempati urutan ke-3 setelah minyak bumi mentah,
bahan bakar minyak dan gas alam. Hal ini berarti memenuhi standar Jepang maupun
standar Amerika. (Media Indonesia,
2010)
Akan
tetapi kandungan kalor dari biomasa yang lebih rendah menyebabkan jumlah briket
yang diperlukan untuk keperluan yang sama relatif lebih banyak dibanding
batubara dan minyak tanah. Hal ini dapat diatasi dengan teknik karbonisasi guna
meningkatkan nilai kalor dari briket biomassa. Selain itu dengan mengatur
kandungan volatil yang cocok, briket biomassa relatif lebih mudah dinyalakan
daripada briket batubara. Bau yang dikeluarkan dari pembakaran biobriket juga
tidak terlalu menyengat sebagaimana bau yang dikeluarkan selama pembakaran
biobriket.
Sifat-sifat penting dari biobriket
yang mempengaruhi kualitas bahan bakar adalah sifat fisik dan kimia. Sifat
fisik biobriket dapat diperoleh dari proses pembuatan mulai dari pemilihan bahan hingga hasil berupa biobriket
yang siap digunakan. Ukuran partikel arang juga memberikan pengaruh pada
kualitas biobriket. Arang yang dihasilkan dari karbonisasi tanaman eceng gondok
dinilai cukup bagus karena limbah ampas yang belum dikarbonisasi sudah memiliki
ukuran partikel dengan diameter kecil sehingga mempercepat pada proses
karbonisasi.
Dengan demikian
adanya pembuatan biobriket dari tanaman eceng gondok dapat membantu pemerintah dan masyarakat
dalam upaya penghematan energi dan penanggulangan pencemaran lingkungan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Tanaman eceng gondok berpotensi besar
untuk dimanfaatkan pada pembuatan biobriket.
·
Cara pembuatan biobriket dari tanaman
eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah sebagai
berikut:
·
Pertama, eceng gondok diiris-iris lalu digiling
dengan mesin penggiling sederhana. Air perasannya dipisahkan dan bisa
dimanfaatkan untuk pupuk. Sementara ini eceng gondok dimanfaatkan untuk pupuk
tanaman hias, bukan untuk sayuran, karena khawatir ada B3 Irisan eceng gondok
dicampur dengan tanah liat, kapur, dan serbuk gergaji.
·
Setelah itu, campuran tadi dimasukkan ke dalam
silinder pencetak yang berdiameter 15 sentimeter. Setelah dijemur tiga hari,
briket eceng gondok pun bisa langsung digunakan. Dengan ditambah sedikit minyak
tanah, briket akan segera membara dan siap untuk memasa.
B.
Saran
Kami
selaku penulis berharap
penulisan tentang pembuatan biobriket dari tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat :
1. memberikan pengetahuan kepada
penulis khususnya dan bagi kita mahasiswa pada umumnya.
2. memberikan masukan kepada pemerintah
agar dapat mensosialisasikan biobriket yang berbahan dasar tanaman
eceng gondok (Eichhornia
crassipes)
kepada masyarakat, dan ada penelitian lebih lanjut tentang
komposisi bahan pembuatan biobriket dari tanaman eceng gondok (Eichhornia
crassipes)
untuk diperoleh hasil yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2008). Karakteristik Eceng Gondok
http://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok
Diakses pada hari Selasa/ 1
November 2011 Pukul 14.10 WIB.
______ (2009). CARA
PEMBUATAN BRIKET . http://dydychery-genius.blogspot.com/2009/07/cara-pembuatan-briket.html.
Diakses
pada hari Rabu/
2 November 2011
pukul 16.30 WIB.
______ (2010).
Meneropong Konsumsi Energi Dunia (Bagian
Kedua).
Diakses
pada hari Rabu/ 2 November
2011 pukul 17.05 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar