Selasa, 10 Juni 2014

laporan penelitian rafllesia patma ( pangandaran )

POPULASI JENIS BUNGA RAFLESIA PATMA
DAN PERKEMBANGBIAKANNYA DI CAGAR ALAM

Disusun oleh :
Hanif Khoirun Nisa        NIM     2119120097
Aep Saepuloh             NIM     2119120098
Andri Ardian            NIM    2119120117
Dini Septiani            NIM     2119120118
Eka Santika            NIM    2119120119
Fitri Sari Fadilah        NIM    2119120108
Icih Nurhasanah        NIM    2119120104
Ryan Hendiki            NIM    2119120103
Rina Rosmiati            NIM    2119120115
Sri Agustini            NIM    2119120099
Sri Herawati            NIM    2119120101
Nailis
Candri
Monica
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
2012

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR        i
DAFTAR ISI        iii
BAB I PENDAHULUAN        1
Latar Belakang        1
Rumusan Masalah        2
Batasan Masalah        3
Maksud,Tujuan dan Manfaat Observasi        3
Metode Pendekatan        4
Cara Memperoleh Data        4
Sistematika Penulisan        5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA        7
2.1 Deskripsi        7
2.2 Genus Raflesia        9
BAB III PEMBAHASAN        27
3.1 Spesies Bunga Raflesia patma        27
3.2 Perkembangbiakan Bunga Raflesia patma        32
3.3 Populasi dan Persebaran Bunga Raflesia patma        39
3.4 Bunga Raflesia patma Terancam Punah        39
3.5 Upaya Pelestarian Bunga Raflesia patma        40
BAB IV PENUTUP        41
4.1 Simpulan        41
4.2 Saran        42
LAMPIRAN-LAMPIRAN.        43

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan karya tulis ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Populasi Jenis Bunga Raflesia patma dan Perkembangbiakannya di Cagar Alam
 Bunga Raflesia patma merupakan jenis bunga langka yang tidak dapat tumbuh disembarang tempat,lebih tepatnya hanya ditempat-tempat tertentulah dia dapat tumbuh didaerah antara tipe lautan pantai dengan tipe hutan hujan tropika dataran rendah (ekoton).
 Bunga Raflesia patma memiliki lima kelopak berwarna jingga muda agak pucat (salem). Yang membedakan dengan jenis raflesia lainnya adalah warna bunganya yang cenderung lebih pucat, dan dengan adanya duri-duri yang terdapat pada diktus. Bunga Raflesia patma pertama kali ditemukan dipulau Nusakambangan, Cilacap Jawa Tengah dan kini selain berada di Nusakambangan, Cilacap Jawa Tengah juga terdapat di Cagar Alam Leuweung Sancang Jawa Barat dan di Cagar Alam Pangandaran.
Karena sekarang populasinya sudah terancam punah, maka bunga raflesia Patma harus dilindungi, dijaga dan dilestarikan.
Dengan terselesaikannya karya tulis ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
Prof. Dr. H. Suherli, M.Pd. selaku Rektor Universitas Galuh
Hj. Jeti Rachmawati, Ir. MP. selaku Ketua Prodi Biologi
Anton Priyadi dan Aip selaku pendamping kelompok
Orang tua  yang telah memberikan dorongan dan material
Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu per satu
Harapan kami, semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Alloh SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin


    Ciamis, 28 September 2012

                                Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam hayatinya. Indonesia mempunyai berbagai macam bunga yang khas dan langka. Seperti contohnya bunga Raflesia patma, yang akan kami tinjau selebihnya mengenai apa yang ada dalam habitatnya dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bunga Raflesia patma.
Raflesia patma adalah salah satu bunga endemik asli Indonesia langka yang indah dalam dunia botani dan merupakan satu diantara 15 jenis (spesies), mirip dengan bunga raflesia yang lain namun diamati ukurannya lebih kecil dan mahkota bunganya memiliki warna yang pucat.
Rafflesia patma pertama kali ditemukan pada tahun 1825 di pulau Nusakambangan, Jawa Tengah ini seperti jenis-jenis rafflesia lainnya tidak dapat tumbuh sendiri. Rafflesia patma tumbuh pada akar dan batang inang Tetrastigma lanceolarium dan Tetrastigma papillosum.
Rafflesia patma merupakan satu diantara 15 jenis (spesies) rafflesia yang terdapat di Indonesia. Rafflesia patma mempunyai ukuran bunga berdiameter antara 30-60 cm. Bunganya mempunyai lima kelopak berwarna jingga muda agak pucat (salem). Yang membedakan dengan jenis Rafflesia lainnya, warna bunganya yang cenderung lebih pucat. Ciri khas lainnya adalah adanya duri-duri yang terdapat pada diktus.
Ada sekitar 30-an spesies rafflesia, dan Indonesia memiliki jumlah spesies terbanyak sejumlah 15 spesies disusul oleh Malaysia yang mempunyai 7 spesies. 15 Spesies rafflesia yang terdapat di Indonesia antara lain: Rafflesia arnoldi (R. Brown), Rafflesia hasseltii (Suringar), Rafflesia Patma (Blumenon Meijer), Rafflesia rochussenii (Teijsm and Binn), Rafflesia zollingertana (Koorders), Rafflesia priceii, Rafflesia godulensis, Rafflesia atjehensis (Koorders), Rafflesia ciliate, Rafflesia borneersis, Rafflesia witkampi, Rafflesia micropylora (Meijer), Rafflesia bengkuluwensis, Rafflessia meijeri (Wiriadinata and Rismita Sari),Rafflesia Lawangensis.

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka masalah yang akan dikaji dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :
Bagaimana spesies bunga Raflesia patma ?
Bagaimana proses perkembangbiakan bunga Raflesia patma?
Bagaimana keadaan populasi dan persebaran bunga Raflesia patma di Indonesia dan masuknya ke daerah Cagar Alam Pangandaran?
Mengapa bunga Raflesia patma dilindungi di Indonesia ?
Apa yang menyebabkan bunga Raflesia patma terancam punah ?
Bagaimana upaya pelestarian bunga Raflesia patma?

Batasan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, kami membatasi masalah secara lebih rinci mengenai bunga Raflesia patma sebagai berikut :
Spesies bunga Raflesia patma
Proses perkembangbiakan bunga Raflesia patma
Keadaan populasi dan persebaran bunga Raflesia patma
Perlindungan terhadap bunga Raflesia patma
Bunga Raflesia patma terancam punah
Upaya pelestarian bunga Raflesia patma

Maksud, Tujuan dan Manfaat Observasi
Maksud, tujuan dan manfaat penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut :
Menambah serta memperluas wawasan penyusun
Mengembangkan daya pikir yang lebih dalam atas dasar pikiran yang positif dan rasional guna mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang dan merealisasikan serta mendorong partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Pembaca dapat mengetahui mengenai ciri khas bunga Raflesia patma serta perkembangbiakan dan penyebarannya
Masyarakat pada umumnya dan khususnya mahasiswa Universitas Galuh Prodi Pendidikan Biologi dapat lebih mencintai dan lebih memahami akan arti pentingnya bunga Raflesia patma
Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara langsung dan studi keustakaan, mengenai masalah bunga yang langka, perkembangbiakan, dan sebagai berikut yang ada hubungannya dengan penyusunan karya tulis ini.
 Dengan metode sebagai berikut :
Penyusun melakukan observasi dan wawancara langsung dengan narasumber pada objek penelitian
Penyusun mencari dan memilah-milih yang sesuai dengan permaslahan yang akan dibahas
Penyusun melakukan analisis terhadap sumber yang telah dipilih
Penyusun melakukan penyusunan berdasarkan sumber yang telah dipilih dan telah dianalisis.

Cara Memperoleh Data
Cara yang kami dapatkan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut :
Tinjauan langsung ke Cagar Alam Pangandaran
Studi literature dengan mengambil data dari berbagai sumber pustaka demi menunjang masalah yang sedang dibahas.
Dari buku-buku sumber yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas penyusun
Bertanya kepada narasumber (tour guide)
Dari media internet yang mencakup beberapa situs yang disebutkan dalam daftar pustaka.
Sistematika Penyusunan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Maksud, Tujuan, Manfaat Observasi
Metode dan Pendekatan
Cara Memperoleh Data
Sistematika Penyusunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi
2.2 Genus Raflesia
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Spesies Bunga Raflesia patma
3.2 Perkembangbiakan Bunga Raflesia patma
3.3 Populasi Dan Persebaran Bunga Raflesia patma
3.4 Bunga Raflesia patma Terancam Punah
3.5 Upaya Pelestarian Bunga Raflesia patma
BAB IV PENUTUP
Simpulan
Saran

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada waktu yang tertentu pula.
Berkembangbiak (reproduksi) adalah kemampuan menghasilkan keturunan (individu baru) dengan tujuan melestarikan dan memerbanyak jenis
Bunga adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji tertutup").
Raflesia adalah merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis.
Jadi bunga Raflesia patma adalah bunga besar dengan keunikan sendiri yaitu dengan baunya yang berbeda dengan bunga pada umumnya, yaitu bau busuk yang menyengat.
Rafflesia adalah genus tumbuhan bunga parasit. Ia ditemukan di hutan hujan Indonesia oleh seorang pemandu dari Indonesia yang bekerja untuk Dr. Joseph Arnold tahun 1818, dan dinamai berdasarkan nama Thomas Stamford Raffles, pemimpin ekspedisi itu. Ia terdiri atas kira-kira 27 spesies (termasuk empat yang belum sepenuhnya diketahui cirinya seperti yang dikenali oleh Meijer 1997), semua spesiesnya ditemukan di Asia Tenggara, di semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun ataupun akar yang sesungguhnya. Rafflesia merupakan endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma (famili Vitaceae), menyebarkan haustoriumnya yang mirip akar di dalam jaringan tumbuhan merambat itu. Satu-satunya bagian tumbuhan rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima. Pada beberapa spesies, seperti Rafflesia arnoldii, diameter bunganya mungkin lebih dari 100 cm, dan beratnya hingga 10 kg. Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter 20 cm. Bunganya tampak dan berbau seperti daging yang membusuk, karena itulah ia disebut "bunga bangkai" atau "bunga daging". Bau bunganya yang tidak enak menarik serangga seperti lalat dan kumbang kotoran, yang membawa serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina. Sedikit yang diketahui mengenai penyebaran bijinya. Namun, tupai dan mamalia hutan lainnya ternyata memakan buahnya dan menyebarkan biji-bijinya. Rafflesia adalah bunga resmi negara Indonesia, begitu pula provinsi Surat Thani, Thailand.
Nama "bunga bangkai" yang dipakai untuk rafflesia membingungkan karena nama umum ini juga digunakan untuk menyebut Amorphophallus titanum (suweg raksasa/batang krebuit) dari famili Araceae. Terlebih lagi, karena Amorphophallus mempunyai perbungaan tak bercabang terbesar di dunia, ia kadang-kadang secara salah kaprah dianggap sebagai bunga terbesar di dunia. Baik Rafflesia maupun Amorphophallus adalah tumbuhan bunga, namun hubungan kekerabatan mereka jauh. Rafflesia arnoldii mempunyai bunga tunggal terbesar di dunia dari seluruh tumbuhan berbunga, setidaknya bila orang menilai dari beratnya. Amorphophallus titanum mempunyai perbungaan tak bercabang terbesar, sementara palem Talipot (Corypha umbraculifera) memiliki perbungaan bercabang terbesar, terdiri atas ribuan bunga; tumbuhan ini monokarpik, yang artinya tiap individu mati setelah berbunga.
Genus Raflesia
Ada sekitar tiga puluh jenis raflesia yang dapat tumbuh didunia ini, lima belas
diantaranya dapat tumbuh dan berkembangbiak di daerah-daerah tertentu di Indonesia. Di Indonesia sendiri populasinya sedang menurun, selain bunga yang sulit tumbuh disembarang tempat juga adanya berbagai predator yang dapat memakan bunga raflesia ketika bunga itu akan tumbuh, contoh binatang yang dapat memakan bunga berbau busuk itu adalah landak.
Beberapa jenis bunga raflesia yaitu sebagai berikut :
Rafflesia arnoldii
Rafflesia azlanii
Rafflesia baletei
Rafflesia banahawensis
Rafflesia bengkuluensis
Rafflesia cantleyi
Rafflesia gadutensis
Rafflesia hasseltii
Rafflesia keithii
Rafflesia kerrii
Rafflesia leonardi
Rafflesia lobata
Rafflesia manillana
Rafflesia micropylora
Rafflesia mira
Rafflesia panchoana
Rafflesia patma
Rafflesia pricei
Rafflesia rochussenii
Rafflesia schadenbergiana
Rafflesia speciosa
Rafflesia tengku-adlinii
Rafflesia tuan-mudae
Rafflesia verrucosa
Rafflesia borneensis
Rafflesia ciliata
Rafflesia titan
Rafflesia witkampii





Penjelasan mengenai macam-macam raflesia yaitu sebagai berikut ;
Rafflesia azlanii

Gambar 2.2.1 Rafflesia azlanii
Rafflesia azlanii adalah tanaman berbunga parasit endemik Semenanjung Malaysia. Hal ini paling mirip dengan R. cantleyi, tetapi berbeda dalam memiliki bercak perigone lebih besar
Rafflesia baletei

Gambar 2.2.2 Rafflesia baletei
Rafflesia baletei adalah spesies tanaman parasit dari genus rafflesia. Ini adalah endemik ke Filipina.
Rafflesia philippensis

Gambar 2.2.3 Rafflesia philippensis
Rafflesia philippensis adalah spesies tanaman parasit dari genus rafflesia yang disebut oleh Blanco dalam bukunya de Flora Filipinas pada tahun 1845. R. philippensis diketahui hanya dari sebuah gunung yang terletak di antara provinsi Laguna dan Quezon, Luzon di mana ia pertama kali ditemukan.
Rafflesia cantleyi

Gambar 2.2.4 Rafflesia cantleyi
Rafflesia cantleyi adalah spesies tanaman parasit dari genus rafflesia. Hal ini dapat ditemukan di Semenanjung Malaysia dan Pulau Tioman, sebuah pulau di lepas pantai timur Semenanjung Malaysia. Spesies ini hampir identik dengan R. hasseltii, kecuali untuk jumlah kutil pada lobus perigone dari dua spesies. Ciri khas lain dari R. cantleyi adalah kemampuannya untuk membentuk bunga pada bagian udara Tetrastigma inangnya
Rafflesia gadutensis

Gambar 2.2.5 Rafflesia gadutensis
Pulau Sumatera kaya akan beragam spesies Rafflesia. Salah satu dari spesies tersebut merupakan spesies endemik Pulau Sumatera yaitu Rafflesia gadutensis W. Meijer .  Sebagaimana diketahui selama ini, habitat Rafflesia adalah di dalam hutan yang kondisinya masih bagus. Kondisi hutan Sumatera Barat yang relatif masih bagus telah menjadi salah satu habitat yang penting bagi keberadaan Rafflesia di Pulau Sumatra. Namun, R. gadutensis sendiri diketahui hanya mekar pada dua bulan pertama dalam satu tahun.




Rafflesia hasseltii

Gambar 2.2.6 Rafflesia hasseltii
Rafflesia hasseltii adalah spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Hal ini dapat ditemukan di Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatra, Indonesia.
Rafflesia bengkuluensis

Gambar 2.2.7 Rafflesia bengkuluensis
Rafflesia bengkuluensis adalah spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Ini asli ke pulau Sumatera Indonesia



Raflesia Amorphophallus titanum

Gambar  2.2.8 Raflesia Amorphophallus titanum
Bunga bangkai raksasa ini dinamakan Amorphophallus titanum. Berkembang biak karena serbuk yang disebarkan melalui media serangga.
Rafflesia keithii

Gambar  2.2.9 Raflesia keithii
Rafflesia keithii adalah tanaman berbunga parasit di Rafflesia genus endemik ke Sabah di Kalimantan. Bunga-bunga bisa tumbuh hingga satu meter dengan diameter. Hal ini dinamai Henry (Harry) George Keith, Konservator mantan Hutan di Kalimantan Utara (Sabah sekarang).

Rafflesia kerrii

Gambar  2.2.10 Raflesia kerrii
Rafflesia kerrii adalah anggota dari genus Rafflesia. Hal ini ditemukan di hutan hujan selatan Thailand dan Semenanjung Malaysia, dengan penduduk yang paling terkenal di Khao Sok National Park.
Rafflesia Leonardi

Gambar 2.2.11 Raflesia Leonardi
Rafflesia Leonardi adalah spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Ini adalah endemik ke Filipina. R. Leonardi adalah Rafflesia keempat spesies yang ditemukan di Luzon dan kedelapan dari Filipina. Ini disebut ngaratngat oleh suku Agta lokal.
Spesies itu ditemukan pada bulan Mei 2008 oleh Cagayan Valley di Mitra Pembangunan Rakyat (Cavapped), kelompok multi-sektoral ilmuwan lingkungan di Kinapawan sitio terpencil di kota pantai Lal-Lo, Cagayan.
Rafflesia manillana

Gambar  2.2.12 Raflesia manillana
Rafflesia manillana adalah spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Ini adalah endemik ke Filipina.
Spesies ini diberi nama setelah kota Manila. Diskusi terbaru dari taksonomi dari spesies ini dapat ditemukan dalam kutipan ini. Rafflesia panchoana, dijelaskan pada tahun 2007, dianggap sebagai sinonim heterotypic R. manillana.







Rafflesia micropylora

Gambar  2.2.13 Raflesia micropylora
Rafflesia micropylora adalah spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Ini adalah endemik ke pulau Sumatera di Indonesia. Spesies ini diberi nama karena lubang kecil dari diafragma nya.
Rafflesia mira


Gambar 2.2.14 Raflesia mira
Rafflesia mira adalah anggota dari genus Rafflesia. Ini adalah endemik di hutan hujan Mindanao, Filipina dan hanya dapat ditemukan di sekitar Gunung Candalaga, provinsi Compostela Valley Spesies ini dijelaskan pada tahun 2005 oleh Madulid et al, Seperti R. Magnifica.
Rafflesia pricei

Gambar 2.2.15 Raflesia pricei
Rafflesia pricei adalah tanaman berbunga parasit endemik Kalimantan. Hal ini dinamai amatir botani William Harga, yang menemukan spesies di Gunung Kinabalu pada 1960-an.
Rafflesia lobata

Gambar 2.2.16 Raflesia lobata
Rafflesia lobata adalah spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Ini adalah endemik ke pulau Panay Filipina, khususnya pegunungan provinsi Antique dan Iloilo. Ini adalah spesies kedua direkam dari pulau Panay.

Rafflesia rochussenii

Gambar 2.2.17 Raflesia rochussenii
Rafflesia rochussenii merupakan spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Ini adalah endemik ke pulau Jawa Indonesia.
Rafflesia schadenbergiana

Gambar 2.2.18 Raflesia schadenbergiana
Rafflesia schadenbergiana adalah spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Dikenal sebagai "bo-o" untuk suku Bagobo dan "kolon busaw" untuk suku Higaonon dari Bukidnon, ia memiliki bunga terbesar di antara spesies Rafflesia ditemukan di Filipina dengan diameter berkisar 52-80 sentimeter. Hal ini juga bunga terbesar kedua di genus setelah R. arnoldii.
Rafflesia speciosa


Gambar 2.2.19 Raflesia speciosa
Rafflesia speciosa adalah spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Ini adalah endemik ke pulau Panay Filipina. R. speciosa adalah Rafflesia ketiga spesies didokumentasikan untuk eksis di Filipina, setelah R. manillana dan R. schadenbergiana. Ini milik menengah Rafflesia (Meijer, 1997). Spesies bernama oleh Julie Barcelona dan Fernando Edwino.
Rafflesia tuan-mudae

Gambar 2.2.20 Raflesia tuan-mudae
Rafflesia tuan-mudae adalah anggota dari keluarga Rafflesiaceae. Ia hidup sebagai parasit pada pohon anggur Tetrastigma. Bunga-bunga besar dapat mencapai hingga 1m dengan diameter. Para tunas biasanya muncul di mana anggur tumbuh di tanah, seperti beberapa spesies Rafflesia lain yang dapat muncul tunas dari tanaman merambat menggantung di udara.

21. Rafflesia verrucos

Gambar 2.2.21 Raflesia verrucos
Raflesia verrucos adalah nama untuk kutil berlimpah yang mencakup lobus perigone dan diafragma. Spesies ini bernama dalam publikasi berikut:

Balete DS, PB Pelser, DL Nickrent, dan JF Barcelona. 2010. Rafflesia verrucosa (Rafflesiaceae), spesies baru kecil-bunga Rafflesia dari Mindanao, Filipina. Phytotaxa 10: 49-57. Sementara melakukan survei kecil mamalia di lereng tenggara Gunung. Kampalili di Davao Oriental Provinsi Pulau Mindanao, Danny Balete melihat Rafflesia kecil-bunga di sepanjang salah satu jalur elevasi tinggi. Ini mammologist (kehormatan botani), yang matanya dilatih untuk melihat rincian di permukaan tanah, telah menemukan dua spesies lain: R. aurantia dan R. baletei. Para komunitas tumbuhan parasit beruntung bahwa Danny melihat bunga ini, karena memang ia tampaknya preadapted untuk menemukan spesies baru Rafflesia Filipina!
22.  Rafflesia titan

Gambar 2.2.22 Raflesia titan
The arum titan atau Amorphophallus titanum dari amorphos Yunani Kuno, tanpa bentuk, phallos cacat, penis dan titan, raksasa adalah tanaman berbunga dengan perbungaan bercabang terbesar di dunia. Bunga tunggal terbesar ditanggung oleh arnoldii Rafflesia, perbungaan bercabang terbesar di kerajaan tanaman milik Talipot sawit, Corypha umbraculifera.





Rafflesia Arnoldi

Gambar 2.2.23 Raflesia arnoldi
Merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis.
Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini.
Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis patma parasit, Rafflesia patma.
Bunga merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrastigma.
Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma. Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina.
Rafflesia patma

Gambar 2.2.24 Raflesia patma
Rafflesia patma adalah spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Ini pertama kali dikumpulkan dari pulau Indonesia Kembangan, terletak di lepas pantai Samudera Hindia dari Jawa. Nama ini berasal dari patma, vernakular Jawa nama tanaman.




Rafflesia lobata

Gambar 2.2.25 Raflesia lobata
Rafflesia lobata adalah spesies tanaman parasit dari genus Rafflesia. Ini adalah endemik ke pulau Panay Filipina, khususnya pegunungan provinsi Antique dan Iloilo. Ini adalah spesies kedua direkam dari pulau Panay. Salah satu fitur yang paling khas dari Rafflesia lobata adalah bahwa beberapa populasi memiliki bunga dengan diafragma lobed yang terbuka ke luar.







BAB III
PEMBAHASAN
Spesies Bunga Raflesia patma


Gambar 3.1.1 Raflesia Patma yang mekar




Adapun klasifikasi ilmiahnya yaitu ;       

Klasifikasi ilmiah      

Kerajaan:    Plantae      
Divisi:    Magnoliophyta      
Kelas:    Magnoliopsida      
Ordo:    Malpighiales      
Famili:    Rafflesiaceae      
Genus:    Rafflesia
R.Br.   
      
Spesies   

Raflesia patma adalah salah satu bunga langka yang unik karena baunya dan indah, dikenal dalam dunia botani dan merupakan satu diantara lima belas jenis yang ada di Indonesia. Nama bunga  ini berasal dari patma, vernakular Jawa nama tanaman. Habitat dari bunga Raflesia ini adalah daerah tipe hutan pantai dan hutan hujan tropika dataran rendah (ekoton). Jenis tanah yang cocok untuk ditumbuhi bunga Raflesia patma adalah jenis tanah regosol, tekstur tanah yaitu lempeng berpasir, konsistensi tanah gembur, PH tanah agak masam sampai dengan netral, curah hujan antara 3685 mm/tahun, kelembaban 85-94% dan suhu optimal yaitu 32,5oC.
Dalam kehidupannya Raflesia patma memiliki suatu bentuk asosiasi yang berperan sebagai tumbuhan inang. Raflesia patma tergolong tumbuhan rumah dua, yaitu terdiri dari bunga betina dan bunga jantan dimana dalam penyerbukannya memerlukan perantara yaitu dibantu oleh spesies lalat seperti Lucia SP, Protocaliphora sp, Sarcopharga sp, Drosophylla sp. Dan penyebaran lain dapat dilakukan oleh hewan-hewan yang memakan kelopak bunganya sendiri dimana buah dari bunga Raflesia patma dapat tersebar dengan perantara kaki hewan tersebut, hewan itu diantaranya adalah rayap tanah, semut merah, babi hutan, landak, tupai dan muncak.

Gambar 3.1.2 Raflesia Patma yang dimakan oleh pemangsa (landak dari gua parat)
Ciri khusus bunga raflesia - Tumbuhan ini banyak ditemui di hutan Sumatera bagian selatan  terutama Bengkulu, Ciri khusus bunga Raflesia yang membedakan dengan bunga bangkai secara awam adalah bentuknya yang melebar (bukan tinggi) dan berwarna merah. Ketika mekar, bunga ini bisa mencapai diameter sekitar 1 meter dan tinggi 50 cm.
Raflesia patma yang berada di Cagar Alam Pangandaran adalah tanaman endemik asli Indonesia dimana bunga ini tidak dapat tumbuh disembarang tempat di Cagar Alam Pangandaran, bunga ini hanya tumbuh pada lima titik yang berada di Cagar Alam Pangandaran diantaranya berada 100 m dari air terjun Cagar Alam Pangandaran dan sekitar 1 km dari pintu masuk Cagar Alam melalui pantai timur yang kelompok kami teliti dan melakukan observasi. Setelah diamati ternyata baunya yang khas dapat tercium hingga 10 m jika bunga tersebut mekar sempurna.
Ciri Khusus Bunga Raflesia patma
Bunga rafflesia tidak memiliki akar, tangkai, maupun daun
Bunga raflesia memiliki 5 mahkota
Di dasar bunga yang berbentuk gentong terdapat bunga sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga.
Keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat presentase pembuahan yang dibantu oleh serangga lalat sangat kecil, karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di tempat yang berdekatan.
Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari, setelah itu rafflesia akan layu dan mati.
Rafflesia merupakan tumbuhan parasit obligat pada tumbuhan merambat (liana) tetrasigma dan tinggal di dalam akar tersebut seperti tali.
Sampai saat ini Rafflesia tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup.
Bunga Rafflesia patma  tentu sudah terkenal. Nah, ada 7 fakta tentang bunga langka ini.

Gambar 3.1.3 Raflesia patma yang mekar
1. Rafflesia patma  adalah satu dari 30 jenis bunga rafflesia yang ada di dunia. Dari jumlah itu, 15 jenis ada di Indonesia.
2. Nama Rafflesia diambil dari nama Thomas Stamford Raffles. Ahli botani dari Inggris ini pernah menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia-Belanda pada tahun 1811-1816.
3. Menurut Penelitian, habitat asli bunga Rafflesia ada di Pulau Nusakambangan, Cilacap Jawa Tengah dan Cagar Alam Leuweung Sancang, Garut Jawa Barat .
4. Rafflesia patma  adalah jenis tanaman parasit yang tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Satu-satunya bagian yang disebut tanaman adalah jaringan yang tumbuh pada tanaman inang merambat yaitu Tetrastigma.
5. Jangan salah, ya. Rafflesia patma  tidak sama dengan bunga raksasa Rafflesia arnoldi . Diameter bunga Rafflesia patma sekitar 25 sampai 30 sentimeter. Bunga ini punya lubang seperti mulut gentong dan memiliki lima daun mahkota. Di dasar bunga terdapat sebentuk duri yang berisi benang sari atau putik. Bunga ini berbau busuk dan hanya mekar 5 sampai 7 hari, setelah itu layu dan mati.
6. Rafflesia patma  menjadi tanaman langka karena proses pertumbuhannya sangat perlahan dan kadang-kadang mencapai 2 tahun untuk berbunga.
7. Rafflesia patma  pertama ditemukan tahun 1825 di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah. Tahun 1929, tumbuhan ini berhasil ditanam di Kebun Raya Bogor ,Jawa Barat.

Perkembangbiakan Bunga Raflesia patma
Perkembangbiakan bunga raflesia sangatlah susah karena bunga ini tidak dapat tumbuh diluar habitat aslinya. Kebun Raya Bogor adalah salah satu hutang lindung yang telah meneliti tentang bunga Raflesia patma Cagar Alam Pangandaran dan membawa inang dari Cagar Alam Pangandaran dan baru berhasil memekarkan bunga yang tidak dapat tumbuh diluar habitatnya selama 80 tahun lamanya.
Berbunganya Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor pada Senin dan Selasa (21-22/6/2010) menambah catatan keberhasilan teknik grafting atau menyambung akar tumbuhan inang dalam konservasi eks-situ bunga itu.
Tantangan Kebun Raya Bogor berikutnya adalah menemukan cara budidaya Rafflesia patma (Rafflesia patma blume).
Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mustaid Siregar menjelaskan, dua Rafflesia patma yang mekar pada 3 Juni dan 22 Juni adalah bunga parasit yang membutuhkan tumbuhan inang untuk tumbuh dan mekar.
"Tumbuhan inang bagi Rafflesia patma adalah Tetrastigma sp. Pada 2004, kami mengambil akar Tetrastigma dari habitat asli  bunga patma di Pangandaran, yang kemudian disambung dengan akar Tetrastigma yang telah tumbuh di Kebun Raya Bogor dengan teknik grafting," kata Siregar di Bogor, Selasa.
Siregar menjelaskan, akar Tetrastigma yang diambil dari Pangandaran tahun 2004 itu diduga telah terinfeksi bibit Rafflesia patma secara alami. "Kami juga mengintervensi akar dari Pangandaran dengan inokulasi, atau menaburkan biji Rafflesia patma dalam akar itu. Setelah mengalami sejumlah perlakuan, dalam bulan Juni ada dua Rafflesia patma yang mekar. Akan tetapi, kami tidak tahu apakah bunga yang mekar itu berasal dari infeksi alami, atau dari perlakuan inokulasi," kata Siregar.
Botanis PKT Kebun Raya Bogor-LIPI, Melani Kurnia Riswati menyatakan, efektivitas teknik grafting dalam membungakan Rafflesia patma lebih tinggi daripada teknik setek. "Selain grafting, kami juga menanam sejumlah setek akar Tetrastigma di tiga lokasi di Kebun Raya Bogor. Pada setek tidak pernah muncul kenop atau bakal bunga Rafflesia patma," katanya.
Rafflesia patma yang mekar Senin dan Selasa berwarna merah dengan bercak putih di kelima cuping (perigone) yang tersusun melingkar menyerupai teratai. Pada Selasa siang, diameter terpanjang cuping bunga mencapai 28 cm, dan tinggi keseluruhan mencapai 16 cm.
Di tengah kelima cuping itu terdapat sebentuk periuk yang tingginya berkisar 10 cm dengan lubang berdiameter sekitar 7 cm. Di dalam "periuk" itu terdapat sebentuk mangkok dengan sejumlah duri yang terlihat dari lubang periuk. Rafflesia patma yang mekar pekan ini ukurannya lebih kecil daripada yang mekar 3 Juni lalu, tetapi warna merahnya lebih pekat.
Tetap sarat misteri Siregar menyatakan, kendati sudah ada dua Rafflesia patma yang mekar bulan ini, bunga itu tetap sarat misteri.
"Kami belum tahu bagaimana cara membudidayakannya. Kami juga belum tahu kenapa grafting Tetrastigma di dua lokasi percobaan lainnya gagal menumbuhkan Rafflesia patma. Meskipun demikian, mekarnya Rafflesia patma di luar habitatnya itu baru pertama kali terjadi dan proses mekarnya terdokumentasi lengkap," kata Siregar.
Botanis PKT Kebun Raya Bogor-LIPI, Sofi Mursidawati mengatakan, mekarnya bunga Rafflesia patma itu melanjutkan sejarah keberhasilan Kebun Raya Bogor memekarkan bunga jenis raflesia pada 1929. "Bunga raflesia yang berbunga pada 1929 itu adalah spesies Rafflesia rochusenii, spesies yang berbeda dari Rafflesia patma. Ukuran Rafflesia rochusenii lebih kecil dari Rafflesia patma,” kata Sofi.
Sofi berharap, mekarnya Rafflesia patma itu akan meluruskan kesesatan informasi yang menyamakan bunga raflesia dengan bunga bangkai. "Ini bunga yang berbeda dengan bunga bangkai atau Amorpophallus titanum yang mekar di Kebun Raya Bogor dua bulan lalu. Bunga bangkai bukan bagian keluarga bunga raflesia, melainkan masyarakat sering salah mengira bunga bangkai sebagai raflesia karena keduanya sama-sama mengeluarkan bau busuk," kata Sofi.

Tahapan Mekarnya Bunga Rafflesia patma di Cagar Alam Pangandaran ;
KNOP (KUNCUP)

Gambar 3.1.4 Raflesia patma knop (kuncup)
KNOP MEMBESAR

Gambar 3.1.5 Raflesia patma knop membesar

HELAI PERIGON MULAI MUNCUL

Gambar 3.1.6 Raflesia patma helai porigon mulai muncul

HELAI PERIGON MULAI MUNCUL (2-3 HARI AKAN MEKAR)


Gambar 3.1.7 Raflesia patma helai porigon mulai muncul

MEKAR SEMPURNA

Gambar 3.1.8 Raflesia patma mekar sempurna
MULAI MEMBUSUK (MEKAR 4-5 HARI)

Gambar 3.1.9 Raflesia patma mulai membusuk (mekar 4-5 hari)
MEMBUSUK

Gambar 3.1.10 Raflesia patma membusuk


Populasi dan Persebaran Bunga Raflesia patma
Rafflesia patma pertama kali ditemukan pada tahun 1825 di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah ini seperti jenis-jenis rafflesia lainnya tidak dapat tumbuh sendiri. Rafflesia patma tumbuh pada akar dan batang inang Tetrastigma lanceolarium dan Tetrastigma papillosum.
Rafflesia patma merupakan satu diantara 15 jenis (spesies) rafflesia yang terdapat di Indonesia. Rafflesia patma mempunyai ukuran bunga berdiameter antara 25-30 cm. Bunganya mempunyai lima kelopak berwarna jingga muda agak pucat (salem). Yang membedakan dengan jenis rafflesia lainnya, warna bunganya yang cenderung lebih pucat. Ciri khas lainnya adalah adanya duri-duri yang terdapat pada diktus.
Bunga Raflesia patma pertama ditemukan di Cagar Alam Pangandaran oleh pemandu dan Aple Man pada abad ke-30, bunga ini ditemukan pada akar pohon dan diteliti oleh orang dari Belanda. Dengan ditemukannya bunga ini dikawasan Cagar Alam menjadikan kawasan ini diberi nama Cagar Alam yang tadinya hanya kawasan hutan buru.
Bunga Raflesia patma Terancam Punah
Bunga Raflesia patma terkenal dengan jenis bunga yang tidak dapat tumbuh diluar habitat aslinya, meskipun bunga ini dapat mekar di Kebun Raya Bogor mekarnya itu memerlukan waktu penelitian sampai 80 tahun lamanya. Meski telah membawa inang dari kawasan Cagar Alam Pangandaran namun bunga ini tetap susah untuk dapat mekar, dan mekarnya di Kebun Raya Bogor menjadi keunikan, keindahan dan menjadi daya tarik pengunjung untuk melihatnya. Mekarnya yang hanya lima hari dan membutuhkan 6 bulan untuk dapat tumbuh menjadikan bunga ini terancam punah, ditambah lagi adanya beberapa predator yang bila tidak dihentikan maka akan mengancam pertumbuhan bunga Raflesia patma yang sangat langka itu.
Beberapa predator yang suka memakan bunga Raflesia patma yaitu, landak, babi hutan, ada juga beberapa serangga seperti semut merah namun justru dengan adanya para predator ini menjadikan penyebaran tersendiri untuk tumbuhnya bunga Raflesia patma pada akar pohon.

Upaya Pelestarian Bunga Raflesia patma
Beberapa cara untuk melakukan pelestarian bunga Raflesia patma diantaranya dengan :
Segera memberi pelindung (kawat) pada bunga Raflesia patma yag ditemukan untuk menghindarkan dari serangan predator
Menjaga dan memelihara keseimbangan lingkungan
Dengan mencoba menanamkan inang bunga Raflesia patma pada akar dan batang inang Tetrastigma lanceolarium dan Tentrastigma papilosum.






BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Bunga Raflesia patma merupakan tanaman endemik asli Indonesia yang ditemukan oleh Aple Man seorang dari Belanda di Cagar Alam Pangandaran adalah salah satu spesies yang langka yang ada di Indonesia. Pada masa ini bunga raflesia sudah termasuk kedalam daftar tumbuhan langka yang sudah terancam punah karena pertumbuhannya yang lambat, adanya banyak predator yang memakan dan karena susahnya hidup diluar habitat aslinya.
Pemerintah telah memberikan himbauan kepada masyarakat untuk tetap melestarikannya.
Bunga raflesia yang memiliki ciri khas bunga berukuran besar dan berbau bangkai yang khas menjadikan bunga ini sebagai bunga yang banyak mengundang decak kagum setiap orang yang melihatnya. Namun perkembangbiakan yang tidak dapat tumbuh disembarang tempat menjadikan bunga ini bunga yang sulit diperlihatkan.
Bunga Raflesia patma berhasil berada diluar habitat aslinya yaitu di Kebun Raya Bogor setelah dilakukan penelitian selama delapan puluh tahun lamanya yang membawa inangnya dari Cagar Alam Pangandaran.

4.2 Saran
Kami selaku penyusun menyarankan pada seluruh masyarakat agar selalu menjaga kekayaan alam yang kita miliki ini, dengan cara menjaga kelestarian mengenai flora umumnya dan khususnya bunga Raflesia patma.
Yang kita lakukan awalnya di mulai dari hal yang sangat kecil hingga hal yang lebih besar.
Kami selaku penyusun mengharapkan agar kita selaku warga masyarakat dapat menjaga keseimbangan didalam kehidupan yaitu dengan memelihara dan mencintai lingkungan sendiri agar tidak rusak dan dapat terjadi timbal balik yang baik dari lingkungan untuk kita semua. Contoh kecilnya memisahkan sampah organik dan anorganik agar tanah tetap terjaga kesuburan dan keseimbangannya.
Kami selaku penulis menghimbau kepada Dinas Kehutanan dan para penjaga Cagar Alam Pangandaran agar dapat lebih memerhatikan bunga langka Raflesia patma dengan cara, memberi tanda pada bunga dengan kawat, kayu dan sebagainya agar bunga dapat tumbuh dan tidak dapat dimangsa oleh predator seperti landak dan babi hutan.





LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dokumentasi-dokumentasi :

Gambar : beberapa bentuk Bunga Raflesia PATMA

Gambar bunga yang mekar

Gambar : Bunga Raflesia patma yang ditemukan dan dilindungi kawat

Gambar : Bibit bunga Raflesia patma yang sangat kecil (1.5 cm)

Gambar : Bibit bunga Raflesia patma ( 2 cm )

Gambar : Kuncup bunga Raflesia patma ( 18 cm )

Gambar : Kuncup bunga Raflesia patma yang telah membusuk ( 15 cm )
 
Gambar : Kuncup bunga Raflesia patma ( 16 cm )

Gambar : Bunga Raflesia patma yang dimakan predator landak ( 22 cm )

Gambar : Lubang bunga Raflesia patma yang dimakan predator

Gambar : Bunga raflesia yang telah membusuk

Gambar : Bunga Raflesia patma yang ditemukan dan dilindungi kawat






KELOMPOK 6


 


praktikum ekwan ( preferensi hewan terhadap suhu dkk )



PRAKTIKUM 1
A.    JudulPraktikum
Preferensihewanterhadapsuhu
B.     Tujuan
Mengetahuipengaruhfaktorlingkungan( suhu ) terhadaporganisme
C.    Alat&Bahan
1.      Bakkacadisertaidengan Thermometer disetiapzonanya
2.      Lampuspirtus
3.      Spirtus
4.      Kaki bakkaca
5.      Ikanseribu
6.      Esbatu
7.      Air
8.      Kardus
9.      Gunting
D.    Cara kerja
1.      Menyetingalatkerja. Memastikanbakterbagimenjadi 3 zonayaitu :
-          Zona I untukzonapemanasandenganlampuspiritus
-          Zona II  untukzonatanpaperlakuan
-          Zona III untukzonapendinginandengantambahnesbatu
2.      Mengisibakkacadengan air 4 cm danmelengkapibahan-bahansesuaizona
3.      Setelahselesai, menyalakanlampuspiritusdanmemasukkan 30 ekorikanseribu
4.      Pengamatandilakukandenganselangwaktu 2 menit, selama 30 menit
5.      Pengamatanmeliputi :
-          Perilakuikan ( tenang / gelisah / bergerakaktif )
-          Jumlahikanpada @zona
-          Suhu air @zona
6.      Memasukkanhasilpengamatankedalamtabel.












                                             

JurnalHasilPengamatanPraktikum
Interval ke
Zona
Suhu ( áµ’ C )
JumlahIkan
Perilaku
1
I
29áµ’
10
Aktifsekali
II
28áµ’
4
Aktifsekali
III
26áµ’
16
Aktifsekali
2
I
29áµ’
6
Aktifsekali
II
28áµ’
4
Aktifsekali
III
26áµ’
20
Aktifsekali
3
I
30áµ’
16
Aktifsekali
II
28áµ’
5
Aktifsekali
III
27áµ’
9
Aktifsekali
4
I
30áµ’
14
CukupAktif
II
29áµ’
6
CukupAktif
III
28áµ’
10
CukupAktif
5
I
30áµ’
10
CukupAktif
II
29áµ’
8
CukupAktif
III
28áµ’
12
CukupAktif
6
I
31áµ’
12
CukupAktif
II
30áµ’
17
CukupAktif
III
29áµ’
1
CukupAktif
7
I
31áµ’
2
Aktif
II
30áµ’
11
Aktif
III
29áµ’
17
Aktif
8
I
32áµ’
10
Aktif
II
30áµ’
17
Aktif
III
30áµ’
3
Aktif
9
I
32áµ’
9
KurangAktif
II
32áµ’
10
KurangAktif
III
31áµ’
11
KurangAktif
10
I
33áµ’
14
KurangAktif
II
32áµ’
12
KurangAktif
III
32áµ’
4
KurangAktif
11
I
33áµ’
20
KurangAktif
II
32áµ’
4
KurangAktif
III
32áµ’
6
KurangAktif
12
I
35áµ’
16
KurangAktif
II
33áµ’
9
KurangAktif
III
32áµ’
5
KurangAktif
13
I
35áµ’
11
KurangAktif
II
33áµ’
7
KurangAktif
III
33áµ’
12
KurangAktif
14
I
36áµ’
10
Gelisah
II
34áµ’
8
Gelisah
III
33áµ’
12
Gelisah
15
I
36áµ’
5
Gelisah
II
35áµ’
3
Gelisah
III
35áµ’
22
Gelisah
Keterangan :
Suhuawal  Zona I             = 28áµ’ C          ( Dipanaskan )
                  Zona II                        = 28áµ’ C          ( Normal )
                  Zona III          = 28áµ’ C          ( Didinginkan )
Jumlahikan                        = 30 ekor
Waktupenelitian                = Pukul 10.00 WIB – 10.30 WIB


































PRAKTIKUM II
A.    Judulpraktikum
Poladistribusiintrapopulasiorganisme
B.     Tujuan
Mengetahuipolapenyebaranorganismedalampopulasihewandikaitkandengankondisilingkungan yang menjadihabitatnya.
C.    Alatdanbahan
1.      Kuadranukuran 50 x 50 cm2
2.      Cangkul
3.      Kantongplastik
4.      pH indicator
5.      spiritus
6.      lampuspiritus
7.      soil tester
8.      batangpengaduk
9.      aquades
10.  gelasukur
11.  porselenbakar
12.  neraca o-Hauss
13.  kalkulator
14.  kertassaring
D.    Cara Kerja
1.      pencuplikancacingtanah
-          menentukanlokasipengamatan yang berbedadanmenentukan 5 titiksampelsecaraacak
-          setiaptitikdiambilsampeldengankedalaman 20 cm
2.      pengukurankelembabantanah
dengancaramenancapkansoil tester ditengahkedalamantanahsebelumdigali
3.      pengukuran pH tanah
-          menancapkan soil tester kedalamtanah yang akandigali
-          mengambil 5 gr sampeltanah, mengencerkandenganaquades 12,5 ml. menyaringdengankertassaringdanmenempatkandalamlempengporselen. Kemudianmengujidengan pH indicator
4.      Pengukurankandungan air
Mengambiltanahsampelsebesar ± sebesaribujaritangan, menimbang, mencatatkemudianmenjemurhinggakeringdanmenimbangkembali. Menghitungselisihberatsebelumdansesudahdijemurkemudiandikalikan 100%.
5.      Pengukurankandunganserasah
Mengambilserasahdalamsatu plot, lalumenimbang.
6.      Pengukuranbahan organic tanah
mencatatberatkeringtanahpadalangkahpengukurankandungan air ( air tanah ). Lalumembakardenganlampuspiritussampaiwarnanyamerahbata, lalumenimbangdanmencatat.

7.      melakukankegiatan yang samapada plot-plot yang lainnya.

HasilPengamatan
No
Plot
Deskripsi
pH
Kandungan Air
KandunganSerasah
KandunganBahanOrganik
Kelembaban
Soil Tester
pH indikator
1
Plot I
Terdapatakar durian, hewan “ gang “, bebatuankecil, tanah 10 cm daripermukaanberwarnahitamkecoklatan, terdapat 20 ekorcacing
6,3
5
28,81%
3 gr
21,42%
40%
2
Plot II
Terdapatakar durian, tanah 2 cm daripermukaanberwarnahitamkecoklatan, hewan “ gang “, bebatuankecil, cacing 10 ekor.
6,2
5
24,24%
2,9 gr
42%
40%
3
Plot III
Teksturtanahagakkeras, tanah 1cm daripermukaannerwanahitamkecoklatan, terdapatlubangrayap,cacing 10 ekor
6,4
5
13,33%
2,5 gr
18,27 gr
10%
4
Plot IV
Terdapatbebatuankecil, ditemukankelabang 1ekor, tanah 3 cm daripermukaantanahberwarnahitamkecoklatan, cacing 24 ekor
6,3
4
31,15%
2,9 gr
22,61%
30%
5
Plot V
Terdapatakar papaya, tanah 2cm daripermukaanberwarnahitamkecoklatan, terdaparpecahangenting, cacingada 16 ekor
6,35
5
32,53%
2,2 gr
23,21%
30%









                                                   



                                                               
                 

PRAKTIKUM III
A.    JudulPraktikum
Geraktaksispadacacingtanah( stimulus – respons )
B.     Tujuan
Mempelajariperilakunalurihewancacingdalammeresponsrangsangdarilignkungan
C.    Alatdanbahan
1.      Toplesbekaskueastor 4 buah
2.      Gelaskimia 500 ml
3.      Gelaskimia 50 ml
4.      Gelasukur 25 ml
5.      Kabellistrik
6.      Batubaterai
7.      Guntungkertas
8.      Kertaskartonhitam
9.      Kertasalumunium foil
10.  Kertassaring
11.  Hatiayam
12.  Aquades
13.  Cacingtanah yang masihbugar
14.  Tanah
15.  Humus
D.    Cara kerja
1.      Menyediakanferomondanekstrakhati
2.      Feromondibuatdenganmemberikankejutanlistrik ( daribatubaterai ) kepada minimal 5 ekorcacing
3.      Memberikejutanlistrikdilakukandiataslembaranalukunium foil ukuran 10 x10 cm2
4.      Feromon yang telahdikeluarkandengankejutanlistrikselanjutnyamengencerkannyadengan 15 ml air yang kemudianmencampurkandengantanah
5.      menyediakanekstrakhatiayamdibuatdenganmenumbukhatiayam, mengencerkannya, danmenyaringnyamenggunakankertassaring
6.      menyiapkanempatwadahtoples yang akan di isidenganberbagaijeniszatperangsang
7.      mengisitoplesdengantanah yang terbagimenjadiduabelah area tanah yang disekatdengankertaskartonhitamberlapisalumunium foil.
8.      Melubangikertassebesardametercacing yang akanditanamkankedalamsetiapwadah
9.      Mengisisemuabelahanpertamatoplesdengantanahlembabsedangkanbelahanlainnnyadenganberagamzatperangsangialah :
-          Belahankeduatoples I     = tanah yang dicampurdenganferomon
-          Belahankeduatoples II    = tanah yang dicampurdenganekstrakhatiayam
-          Belahankeduatoples III  = tanah humus
-          Belahankeduatoples IV  = tanahlembab
TABEL HASIL PENGAMATAN
Toples I
Toples II
Toples III
Toples IV
Biasa
Eks. Hati
Biasa
Feromon
Biasa
Lembab
Biasa
Humus
9
1
10
-
4
6
9
1























PRAKTIKUM IV
  1. Judul Praktikum
Estimasi populasi hewan
  1. Tujuan
Mencoba mengestimasi (menduga) jumlah anggota populasi dari suatu spesies pada habitatnya.
  1. Alat Dan Bahan
1.      Ikan mujair
2.      Jarum dan benang ( sebagai penanda )
3.      Ember
4.      Jala
  1. Cara Kerja
1.      menentukan spesies dan habitat yang akan diestimasi.
2.      menyiapkan alat untuk menangkap yang terdiri dari jala untuk menangkap ikan dan ember sebagai wadah dan memberi tanda.
3.      menangkap ikan yang terdapat di kolam menggunakan jala, menandai semua ikan yang tertangkap, selanjutnya melepaskan kembali ikan – ikan  tersebut ke kolam seperti semula.
4.      Setelah selang waktu satu  minggu dilanjutkan dengan melakukan penangkapan kedua. Penangkapan kedua ini harus memperhatikan waktu, lokasi, dan cara penangkapan pertama. Artinya, mengusahakan ketiga hal tersebut sama (pukul berapa, lokasinya dimana saja dan dengan cara apa hewan tsb ditangkap). Kemudian menghitung berapa jumlah individu yang bertanda dan tidak bertanda pada penangkapan kedua ini, selanjutnya memasukkan data yang diperoleh ke rumus di bawah ini.
  atau sama dengan
Keterangan:
N         = estimasi jumlah anggota populasi spesies
M         = jumlah anggota populasi tangkap pertama (yang
               ditandai)
n          = jumlah anggota populasi tangkap kedua (yang ditandai
   dan tidak ditandai)
R         = jumlah anggota populasi tangkap kedua (hanya yang
   ditandai)
E.     Hasil Penelitian

 =
 N = 1107
                             N = 92.25 = 92
            SE =
             = 16.69
            Margin of error = N ± ( SE t ( df, a ))
                                                = 92 ± 1.645 ( 16.69)
      Rentang :
a.   Jumlahmaksimal
N ± t (SE)                     
= 92 ± 1,645 (16.69)
=92 + 1,645 (16.69)
=92 + 27
= 119
b.   Jumlah minimal
N ± t (SE)                     
92 ± 1,645 (16.69)
92 - 1,645 (16.69)
= 92 – 27 = 65